Monday 10 August 2015

Syawal 1436 H: 5 Pekerjaan Impian

Kalau ngomongin kerjaan pasti pada bilang "Enak yaa kerja jadi ini, bisa gini gini gini. Atau "Enak ya jadi itu, bisa gitu gitu gitu..", sudah biasa. Seperti pepatah mengatakan bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau. Yang saya tahu, semua pekerjaan akan menemukan titik dimana kita merasa jenuh. Ada perasaan ingin berhenti mengerjakan pekerjaan tersebut kemudian beralih ke pekerjaan yang lain.


Tapi saya merasa ada 5 pekerjaan yang juga bisa dikerjakan dengan seru serta bisa menjadi profesi sampingan. Bisa saja saya bekerja kantoran sebagai admin atau bagian finance tapi saya juga memiliki profesi-profesi berikut ini.

1. Konseptor
Ah saya suka jadi konseptor. Mau itu jadi konseptor acara, konseptor aktivitas, maupun konseptor sebuah rumah. Profesi sebagai konseptor ini banyak sekali peluangnya. Kamu yang punya kenalan arsitek bisa menjual konsep kamu yang unik dan kreatif padanya untuk diwujudkan dalam sebuah bangunan. Atau kamu suka mengkonsep sebuah acara suprize dan party, kamu bisa menjual konsep acara tersebut pada event organizer, atau kalau perlu kamu bikin event organizer sendiri.


Saya sendiri amat suka mengkonsep, bahkan sejak STM saya sudah punya konsep rumah tinggal serta rumah toko yang akan saya miliki, bahkan saya pernah mengkonsep sebuah tempat untuk berwisata dengan tema CINTA. Walau sampai saat ini konsep tersebut masih menjadi blue print yang entah ada dimana, saya rasa someday saya bisa mewujudkan konsep-konsep tersebut. Mungkin walau bukan untuk hunian milik sendiri, bisa saja saya membuatkan konsep perumahan atau konsep area wisata untuk orang lain. Ah, saya nggak akan ceritain gimana konsepnya disini, karena akan sangat panjang dan pasti kamu tercengang *pede banget*.

Itu sebabnya saya memasukan "Konseptor" sebagai 5 pekerjaan impian yang bisa dilakukan. Meski banyak hal yang harus dipikirkan oleh seorang konseptor, menjadi konseptor yang kelak konsepnya dipakai oleh orang lain apalagi menjadi trandcenter itu akan membawa kepuasan lahir dan batin. Insyaaallah.

Meski terlihat menyenangkan, menjadi konseptor juga ada hambatannya loh! Saya pernah beberapa kali menjadi konseptor dibeberapa kegiatan, baik online maupun offline. Hal yang paling menyebalkan ketika menjadi seorang konseptor adalah apa yang sudah kita konsepkan terbentur oleh masalah teknis. Misalnya kita mengkonsepkan sebuah software, ternyata programer kita tidak bisa memvisualisasikannya karena programer tidak bisa membuat script sesuai yang kita inginkan. Uhhh syebel, belum lagi adanya pertentangan dengan sang investor atas apa yang sudah kita konsepkan. Mungkin untuk beberapa orang yang terlibat dalam produksi tayangan televisi sering mengalami hal seperti ini. Produser mengejar rating, kita mengejar idealis. Pilihannya adalah mengalah dengan mengubah konsep atau pindah ke televisi sebelah, hehehe.

Untuk yang paling sederhana adalah menjadi konseptor kegiatan 17 Agustusan besok. Kalau biasanya 17 agustusan bertema kemerdekaan, mungkin kamu bisa bikin tema berbeda misalnya semua yang ikut lomba harus bergaya karakter film apa gitu. Bisa juga lomba yang kamu adain adalah lomba-lomba unik. Bukan cuma balap karung, kerupu, dan masukin benang dalam jarum aja.

2. Buzzer dan Influenzer
Nah yang ini pasti banyak yang udah tahu. Kita cuma harus ngetweet alias bikin status atau buat blogger mah tinggal bikin artikel yang ngajak orang lain buat follow, Like, atau beli sebuah produk atau jasa. Buzzer via twitter di Indonesia yang paling "muaaahaaal" bayarannya adalah konon @radityadika yang followersnya juta-juta itu loh :D


Enak banget yah jadi buzzer ini. Tapi seseorang yang mau jadi buzzer nggak boleh sembarangan loh, mengapa? Karena pada dasarnya kan mengajak orang lain, kalau mengajak pada kebaikan sih bagus. Kalau pada hal-hal mudharat atau haram kan bahaya! Jadi seorang buzzer yang saya tahu ada syaratnya. Pertama kamu aktiv di social media, kedua followers kamu minimal 1K, alias 1000 followers. Dan yang terpenting jadi seorang buzzer harus bertanggung jawab. Menyesuaikan kata-kata yang akan diposting dengan waktu yang diinginkan klien. Sekarang sih udah banyak aplikasi yang bisa bikin postingan kamu terjadwal dengan tepat, misalnya hootsuite atau tweetdeck.

Jadi buzzer sangat menyenangkan karena bisa bekerja dari mana saja. Namun ada sebuah hambatan juga loh buat kamu buzzer profesional *sok tahu*. Hambatan ini biasanya datang ketika sang klien memiliki produk yang tidak sesuai dengan image kamu. Misalnya nih kamu adalah icon yang kalem dan berwibawa, terus tiba-tiba klien kamu minta di buzzerin akun twitternya yang notabene adalah humor dewasa, duuuuh. Bingung kan? Ada juga klien yang aneh, minta buzzernya buat live tweet, dan dengan terpaksa kamu harus datang ke event yang mau dijadiin live tweet. Mending kalau deket rumah, kalau jauh? Meski biasanya akomodasi ditanggung oleh klien tetap saja rasa malas itu akan datang, terutama untuk orang bertype mager dan suka pusing kalau naik mobil alias mabokan. Mhihihi *ini mah curhat*

Eh tapi apasih bedanya buzzer sama influenzer? Sama? Yaaa miripsih, bedanya kalau buzzer biasanya mengandung kata "Follow yuk! Ikutan yuk!" alias kalimat-kalimat mengajak secara garis keras, kalau influenzer lebih kalem, istilahnya mah sih soft selling gitu. Paling isinya seperti testimoni, semisal endorsement di instagram. Kebayang kan?

3. Reviewers
Wuaaah ini mah saya suka banget. Sebagai orang yang suka dengan hal-hal baru, saya pengen banget jadi reviewers. Apalagi reviewers yang berhubungan sama traveling. Hasyik! Disuruh ngereview hotel atau resto yang baru buka *selama makanannya halal* atau ngereview produk smartphone. Gimana, mau juga nggak? *wink*


Lebih asik lagi kalau dapet proyek review-an berskala internasional. Keliling dunia GRATIS, mhihihihi. Terlihat menyenangkan bukan? Tapi ketika mendapatkan job sebagai reviewers, tahukah kamu ada "moral" yang terkadang diabaikan? *whooooow*


Ketika kita mereview sebuah produk, tentu saja sang klien ingin review kita adalah "Excellent" mengenai produk mereka, tetapi karena sadar reviewer kita berpengaruh untuk orang lain, tentu saja kita ingin membuat review sejujur-jujurnya. Dalam keadaan seperti ini, hal terbaik yang dilakukan adalah menemukan kelebihan produk yang direview, bahas saja kelebihan tersebut habis-habisan, kekurangannya nanti saja dibagikan saat kontrak dengan klien selesai, ehehehe. Atau bisa juga tak perlu disebarkan, kecuali ada yang bertanya. Misalnya kita mereview produk gadget terbaru dengan camera yang kualitasnya 13 Mega Pixel, tapi RAM-nya hanya 512MB. Fokus saja pada kelebihan kamera produk tersebut, untuk RAM-nya tak perlu dibahas. Kecuali ada yang bertanya, kuat nggak RAM segitu buat maen lets get rich? Harus kita jawab dengan bijak, atau bila perlu tanyakan pada klien jawaban apa yang terbaik sehingga klien tidak merasa kita menjatuhkan produknya dan sang penanya tidak merasa dibohongi. Sekian.

4. Investor
Nampaknya semua orang pengen banget jadi investor. Apalagi investor yang tidak pernah merasakan kerugian, hehe. Tapi seperti kita ketahui, jadi investor butuh modal dana yang banyak. Cara terbaik untuk menjadi investor sedini mungkin adalah membantu teman yang sedang merintis usaha. Perlu diingat, dana yang diguanakan untuk berinvestasi bukanlah biaya rutin bulanan atau uang belanja pribadi ya. Dana tersebut haruslah uang dingin, yang kalaupun kita mengalami kerugian tidak akan berpengaruh banyak pada kehidupan kita.


Kalau kita tak memiliki dana untuk menjadi investor, cobalah tengok apa yang kita miliki, Misalnya punya ruangan tidak terpakai, nah kita bisa tawarkan pada teman yang baru merintis usaha untuk menjadikan tempat tersebut basecamp usahanya, tanpa perlu membayar uang sewa. Cukup berikan saham dari usaha kecil tersebut. Jika usaha tersebut berkembang apalagi tumbuh dengan pesat, kita bisa dapat untung yang banyak. Tapi kalau merugi? Ya nggak apa-apa, ruangan itu akan tetap ada kan? *wink*

Untuk investasi, pastikan investasi kita pada hal-hal yang baik. Sekarang banyak istilah investasi syariah, itu bisa sedikit memperkecil kemungkinan kita terlibat pada pengembangan hal yang buruk. Jangan lupa untuk membuat hitam diatas putih jika kita akan berinvestasi. Sekalipun dengan teman dekat, sahabat, atau saudara. 

5. Bersama Suami
Semua pekerjaan yang saya sebutkan semuanya akan lebih indah dan menyenangkan jika dikerjakan bersama suami. Setuju? Yang bilang bisnis bareng pacar juga seru, saya kasih tahu yaa, bisnis bareng suami itu jauh lebih SERU dan jadi IBADAH. 


Kalau sekarang ada yang masih pisahan sama suami dalam bidang pekerjaan kaya saya, mungkin pekerjaan kelima ini adalah impian terbesarnya, hehe. Ayoo jujur, buat yang sudah menikah berapa kali merasa "negatif thinking" ketika suami ada lembur atau pulang terlambat tanpa memberi kabar. Emm, memberi kabar saja kadang BETE yah, apalagi kalau tidak.

Banyak koo pekerjaan yang bisa dilakukan bersama suami, hanya saja mungkin resikonya besar karena biasanya pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan dengan gaji tetap. Banyak perusahaan yang memberi peraturan suami dan sitri dilarang bekerja dalam satu tim, itu sebabnya pekerjaan yang mungkin dikerjakan oleh suami dan istri bersifat independen. Misalnya berdagang, MLM, atau membuat startup dari awal. Dan kabar gembira buat saya adalah, semua pekerjaan impian dari nomor satu sampai nomor empat, bisa dikerjakan bersama suami! Cihuy. Tinggal memproses diri biar bisa melakukan salah satunya *wink*

Dari ke-5 pekerjaan impian versi saya ini, apakah ada juga pekerjaan yang juga kamu impikan? 

No comments:

Post a Comment