Tuesday 15 February 2022

CURHAT-IN SHAY! HEALING ~

 Udah tahun 2022 gaes. Lama banget nggak curhat, cape mamak nulis artikel berbayar hahahha. Harus mikirin bridge, harus mikirin soft selling, mikirin infografis, mikirin banyak hal yang malah bikin tambah stress. Bukankah seharusnya menulis adalah self healing? Ya ampun, kangen sekali aku menulis hal-hal yang bisa aku tulis tanpa harus menahan diri. AH iya, aku memang jujur sih kalo review tapi kan klo dibayar, ada bagian-bagian negatif yang NGGAK WAJIB di tampilkan. Beda sama nulis curhatan kaya gini, bebas banget aku nulis. Mau tulisannya typo, tulisannya norak, tulisannya nggak ada poin, bodo amat! Yang penting aku nulis.

Dan akhirnya hari ini kesampaian, terimakasih ya diri yang sudah menyempatkan menulis unek-unek selama ini. Yuk kembali menulis sebagai healing diri sendiri, biar makin waras, biar nggak melampiaskan emosi dengan cara yang salah dan tempat yang tidak tepat! Kenapa baru sekarang? Ya karena baru sadar gaes, kalo sadarnya dari taun lalu ya udah aku lakukuin taun lalu. Sebelum ini aku lebih menahan diri sih, kalo ada unek-unek nggak di ungkapkan, aku diamkan saja. Toh semuanya akan berlalu dan baik-baik saja. Tapi ternyata itu salah, malah akan jadi gunung es yang tiba-tiba aja rubuh kemudian menyebabkan tsunami atau menjadi gunung es yang menghalangi jalannya kapal titanic *naon*, hahahahha kangen sekali aku nulis sambil nambahin reaksi sendiri kaya kalimat barusan. 

2020 aku merasa sangat tidak baik-baik saja. Ada triger yang menyerang mental aku gaes, hampir setiap hari aku menangis, lalu menguatkan diri sendiri. Diam-diam aku curhat pada psikolog, lalu dapat terapi online. Dari yang aku alami, trauma itu hanya diri kita sendiri yang mampu menghilangkan, hanya diri kita sendiri yang memiliki hak penuh untuk memaafkan kemudian membuat keadaan menjadi baik-baik saja. Sorry nggak bisa cerita detail, tapi setelah kejadian itu aku baru tau bahwa beberapa kawanku pun memiliki "trauma"-nya masing-masing. Inner Child, kebanyakan dari mereka memiliki masalah itu. Mungkin akupun salah satunya, kekhawatiran terbesarku adalah anak-anakku mengalami hal yang sama denganku. Aku sama sekali tidak mau. Kemudian tanpa sadar aku menjadi keras pada diri sendiri, orang bilang memaksimalkan diri, orang bilang meninggalkan zona nyaman, namun tanpa peduli bahwa akhirnya aku melukai diri sendiri.



No comments:

Post a Comment